![]() |
Panorama Bromo www.panoramio.com/user/507171 |
Setelah mendengar dari teman dan browsing mengenai keindahan melihat panorama Bromo dari sisi lain yaitu dari titik B29, dengan rasa penasaran akhirnya saya berkesempatan untuk membuktikannya.
Kenapa sih disebut B29? Seperti merek sabun!
B29 kalau tidak salah (menurut informasi dari beberapa sumber) adalah bukit tertinggi (bukan Bukittinggi yang ada di Sumbar ya) yaitu pada ketinggian 2900 meter dpl (diatas permukaan laut).
Saya mencoba mencari lokasi tersebut di Google Earth dan setelah pointer saya letakkan di titik dimaksud angkanya menunjukkan 2520 meter pada titik koordinat 7 derajat 57'37.74' S dan 112 derajat 59'36.67' T.
Padahal saat pointer saya letakkan di Penanjakan menunjukkan 2750 meter dpl yang berarti lebih tinggi dari B29.
Saya tidak mempermasalahkan mana yang benar tetapi yang jelas B29 sudah mulai dikenal.
Padahal saat pointer saya letakkan di Penanjakan menunjukkan 2750 meter dpl yang berarti lebih tinggi dari B29.
Saya tidak mempermasalahkan mana yang benar tetapi yang jelas B29 sudah mulai dikenal.
LOKASI
Bukit B29 berada di Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang di Jawa Timur yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
PETUNJUK MENUJU B29
Saya berbagi sesuai dengan perjalanan saya yang dimulai dari Surabaya.
Berangkat jam 23:45 (sebenarnya saya jadwalkan berangkat jam 22:00 tetapi kendaraan sewa baru bisa jam 23:00...itupun terlambat 45 menit) karena memang tujuan saya mau lihat matahari terbit.
Arah tujuan adalah kota Lumajang sejauh kurang lebih 150 km yang ditempuh dalam waktu kurang lebih 3.5 jam dengan kondisi normal dan tidak ada kemacetan selama perjalanan. Sebelum dan selepas kota Pasuruan hingga kota Probolinggo jalan cukup lebar (4 jalur) walaupun ada di beberapa titik menyempit. Setibanya di kota Probolinggo saya mengambil arah ke selatan menuju kota Lumajang.Jarak Probolinggo Lumajang 45 km dapat ditempuh 1 jam. Sebelum masuk pusat kota belok kanan ke Jl. Kapten Kyai Ilyas dan terus ke Jl. Semeru menuju arah Selokambang. Selepas Selokambang kita akan melewati hutan perkebunan atau budidaya pohon Sengon atau Jati (saya tidak tahu pasti jenis pohonnya karena waktu lewat masih gelap) yang berjajar rapi sebelum masuk kota Senduro. Jarak dari Lumajang ke Senduro adalah 27 km dengan jalan yang beraspal mulus dan lurus.
Di Senduro terdapat pura yang cukup besar, namanya Pura Mandara Giri yang terletak di kanan jalan dan tidak jauh setelah pura ini terdapat Hotel Somanake di sisi kiri jalan. Hotel ini cukup baik dengan arsitektur tradisional semi modern (perlu dicatat kamarnya tidak ada yang ber AC dan mungkin karena berada di ketinggian 480 m dpl).
Perjalanan diteruskan ke utara melalui jalan utama yang terasa mulai menanjak. Di beberapa titik persimpangan atan belokan terdapat papan petunjuk yang mengarah ke B29 (arah petunjuk ini dibuat oleh Pemda Lumajang agar memudahkan pengunjung sampai di B29) hingga tiba di Kandangtepus.
Jarak dari Senduro ke Kandangtepus sekitar 9 km dengan jalan aspal yang mulus.
Kandangtepus adalah dusun terakhir sebelum melewati daerah yang tidak berpenduduk dan medan berat karena akan melewati tanjakan dan tikungan tajam. Hanya saran saja bagi pengemudi kendaraan manual agar memperhitungkan dengan seksama perpindahan gigi dan jangan terlambat karena pengalaman saya memakai pengemudi yang tidak kenal medan dan kurang mahir saat akan melewati tikungan tajam dan menanjak terlambat pindah gigi dan akhirnya terhenti pas di tikungan. Untung kendaraan tidak ada yang lewat karena masih jam 04:00. Kalau tidak salah hitung ada 3 tikungan tajam dan menanjak. Kendaraan roda dua juga perlu hati-hati melewati jalan ini khususnya bagi yang baru pertama kali.
Tidak lama kemudian sampailah di desa Argosari yang berjarak 10 km dari Kandangtepus. Sebelum masuk ke desa Argosari terdapat gapura "Selamat Datang". Saat itu langit mega sudah mulai terang dan saya berpikir pasti terlambat tiba di atas untuk menyaksikan matahari terbit.
Sekitar 300 m dari gapura ini ketemu dengan pertigaan. Jika mau ambil jalan yang lurus maka disinilah tempat parkir kendaraan roda dua maupun empat untuk selanjutnya menuju B 29 mengendarai ojek atau berjalan kaki.
Saya menyarankan ambil yang ke kanan untuk terus berkendara sepanjang 3.5 km untuk mencapai Desa Argosari. Jalan menuju ke Argosari ini cukup menantang dengan tikungan tajam menanjak. Karena masih belum begitu terang saya tidak menyadari kalau di sisi kiri sebenarnya banyak jurang yang cukup terjal.
Sesampainya di Argosari tepatnya di depan rumah Kepala Desa saya berganti kendaraan dan menyewa ojek. Tetapi sebelumnya saya permisi dulu ke toilet yang airnya dingin sekali. Karena ingin melihat matahari terbit saya putuskan untuk segera berangkat dengan ojek yang sudah siap. Saya dapat ojek motor jenis trail karena akan melewati medan yang cukup berat.Saya tidak tahu mereknya apa karena sudah banyak dipreteli dan tanpa nopol tentunya. Sewa ojek cuma Rp60 ribu pp dan kurang lebih 20 menit sampai di B29.
Perjalanan dengan ojek awalnya masih melewati jalan aspal kasar kemudian jalan bebatuan yang sedang dalam tahap di paving. Kelihatannya Pemda setempat ingin menjadikan B 29 sebagai salah satu ikon pariwisata Lumajang dengan membangun infrastruktur yang baik sehingga wisatawan dalam maupun luar negeri merasa nyaman.
Setelah melewati jalan yang akan di paving selanjutnya melewati jalan tanah dengan debu atau abu vulkanik yang sangat halus warna bata keputih-putihan. Saya sarankan menggunakan masker pelindung karena saat beriringang atau berpapasan debunya akan berterbangan. Selain debu/abu jalannya juga banyak tikungan tanjam dan menanjak yang membutuhkan keahlian pengemudinya dan kendaraannyapun harus fit.
Di satu titik mungkin karena terlalu terjal motor yang saya tumpangi mati mesin sehingga harus dioper ke ojek yang lain. Perjalanan menuju B 29 akan melewati kebun sayur dari petani setempat seperti kubis, daun bawang dan kentang.
Setelah melewati medan yang berat dan berdebu akhirnya saya tiba ti titik B 29 dengan sedikit kecewa sang matahari sudah menampakkan diri.
Tetapi kekecewaan itu langsung terobati setelah melihat pemandangan yang sangat menakjubkan dari titik ini. Walaupun saya sudah beberapa kali melihat Bromo dari Pananjakan tetapi dari sisi ini memberikan sensasi yang berbeda.
Jika melihat secara 360 derajat mulai dari utara bisa melihat Bromo dan lautan pasirnya termasuk bukit Teletabis dan Pasir Bersbisik. Sayangnya saat saya berada di B 29 kabut awan masih menutupi lautan pasir. Sukapura dan Ngadisari juga terlihat jelas dari sini.
Mengarah ke selatan akan terlihat Gunung Semeru yang saat pagi masih belum mengeluarkan asap vulkanik.
FASILITAS
Terdapat beberapa warung yang menjual makanan dan minuman ringan jadi jangan takut kelaparan. Informasinya ada toilet tetapi saya tidak sempat untuk mencobanya (karena belum kebelet).
Jika ingin bermalam di B29 pun bisa dengan membawa tenda sendiri atau menyewanya di Argosari dengan biaya kurang lebih Rp180,000. Selain itu rumah penduduk juga menjadi alternatif untuk singgah atau beristirahat (karena waktu itu ada yang menawarkan).
Sinyal telepon (khususnya Telkomsel karena ada Mobile BTS) masih bisa tetapi kadang hilang tergantung berdirinya dimana (saya sarankan jangan berdiri di pinggir jurang....berbahaya!).
PUNDAK LEMBU
Di utara B29 ternyata ada bukit yang namanya Pundak Lembu (mungkin kalau dilihat dari kejauhan seperti pundak lembu). Pundak Lembu berjarak 1.3 km dari B29 yang dapat dijangkau dengan ojek atau berjalan kaki juga bisa.Yang membuat unik adalah B29 berada di Kabupaten Lumajang dan Pundak Lembu berada di Kabupaten Probolinggo (jadi lintas kabupaten ceritannya).
Di Pundak Lembu terdapat tempat sembahyang umat Hindu dan ada 2 warung yang menjual makanan dan minuman ringan.
Sebenarnya saya masih ingin menunggu awan yang menutupi lautan pasir menghilang sehingga bisa melihat pemandangan Bromo beserta lautan pasirnya tetapi karena lama dan biasanya siang baru bersih dari awan akhirnya saya memutuskan untuk turun kembali ke Argosari. Perjalanan kembali lebih ringan karena menurun walaupun begitu tetap hati-hati karena jika salah perhitungan kita bisa keterusan masuk jurang. Karena curamnya medan, sesekali saya dan tukang ojek harus mengatur duduknya (kasihan tukang ojeknya karena terdorong saya dari belakang sampai-sampai dia duduknya diatas tanki bensin). Saya sempat mampir di tempat sembahyangan umat Hindu dan persis disebelahnya ada Mobile BTS Telkomsel (nah disini sinyalnya kuat banget...garisnya full).
Dari kejauhan terlihat juga mesjid yang berada di lokasi tertinggi di wilayah Jawa Timur (ini informasi dari warga sekitar yang katanya mereka juga tahu dari berita.
TIPS
Bagi yang berpetualang sendiri wajib bawa Tripod supaya bisa foto diri atau pake jurus "Tolong Dong Sis..." alias TongSis. Masker sebaiknya dipersiapkan untuk menghadapi debu atau abu yang sangat halus (itu baru terasa setelah tiba di Argosari rambut terasa tebal dan kaku, muka seperti pakai bedak super tebal).
Bagi pengendara motor agar isi tanki full karena susah dapat BBM diatas dan pastikan kondisi fit.
Bagi yang mengidap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia artinya ketakutan yang berlebihan jika berjauhan dari HPnya alias ga bisa lepas dari HP) maka Power Bank wajib dibawa walaupun sinyal kadang ada kadang hilang (kebanyakan hilangnya) tapi paling tidak bisa buat foto-foto.
Bawa kantong plastik untuk buang sampah, karena belum tersedia tempat sampah yang cukup, dengan demikian kita ikut menjaga kebersihan dan kelestarian B29.
Karena berada di dataran tinggi tentunya jaket dan perlengkapan penahan dingin lainnya wajib dibawa.
Mari jaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
SELAMAT BERWISATA!
Wonderful Indonesia
Untuk melihat foto tempat menarik lainnya silakan kunjungi:
www.panoramio.com/user/507171
-jmaluw-
Di Senduro terdapat pura yang cukup besar, namanya Pura Mandara Giri yang terletak di kanan jalan dan tidak jauh setelah pura ini terdapat Hotel Somanake di sisi kiri jalan. Hotel ini cukup baik dengan arsitektur tradisional semi modern (perlu dicatat kamarnya tidak ada yang ber AC dan mungkin karena berada di ketinggian 480 m dpl).
Perjalanan diteruskan ke utara melalui jalan utama yang terasa mulai menanjak. Di beberapa titik persimpangan atan belokan terdapat papan petunjuk yang mengarah ke B29 (arah petunjuk ini dibuat oleh Pemda Lumajang agar memudahkan pengunjung sampai di B29) hingga tiba di Kandangtepus.
![]() |
Petunjuk menuju B29 |
Jarak dari Senduro ke Kandangtepus sekitar 9 km dengan jalan aspal yang mulus.
Kandangtepus adalah dusun terakhir sebelum melewati daerah yang tidak berpenduduk dan medan berat karena akan melewati tanjakan dan tikungan tajam. Hanya saran saja bagi pengemudi kendaraan manual agar memperhitungkan dengan seksama perpindahan gigi dan jangan terlambat karena pengalaman saya memakai pengemudi yang tidak kenal medan dan kurang mahir saat akan melewati tikungan tajam dan menanjak terlambat pindah gigi dan akhirnya terhenti pas di tikungan. Untung kendaraan tidak ada yang lewat karena masih jam 04:00. Kalau tidak salah hitung ada 3 tikungan tajam dan menanjak. Kendaraan roda dua juga perlu hati-hati melewati jalan ini khususnya bagi yang baru pertama kali.
![]() |
Jalan menuju Argosari |
Tidak lama kemudian sampailah di desa Argosari yang berjarak 10 km dari Kandangtepus. Sebelum masuk ke desa Argosari terdapat gapura "Selamat Datang". Saat itu langit mega sudah mulai terang dan saya berpikir pasti terlambat tiba di atas untuk menyaksikan matahari terbit.
![]() |
Gapura Selamat Datang di Argosari |
Sekitar 300 m dari gapura ini ketemu dengan pertigaan. Jika mau ambil jalan yang lurus maka disinilah tempat parkir kendaraan roda dua maupun empat untuk selanjutnya menuju B 29 mengendarai ojek atau berjalan kaki.
![]() |
Tanda tempat parkir kendaraan roda dua |
Saya menyarankan ambil yang ke kanan untuk terus berkendara sepanjang 3.5 km untuk mencapai Desa Argosari. Jalan menuju ke Argosari ini cukup menantang dengan tikungan tajam menanjak. Karena masih belum begitu terang saya tidak menyadari kalau di sisi kiri sebenarnya banyak jurang yang cukup terjal.
Sesampainya di Argosari tepatnya di depan rumah Kepala Desa saya berganti kendaraan dan menyewa ojek. Tetapi sebelumnya saya permisi dulu ke toilet yang airnya dingin sekali. Karena ingin melihat matahari terbit saya putuskan untuk segera berangkat dengan ojek yang sudah siap. Saya dapat ojek motor jenis trail karena akan melewati medan yang cukup berat.Saya tidak tahu mereknya apa karena sudah banyak dipreteli dan tanpa nopol tentunya. Sewa ojek cuma Rp60 ribu pp dan kurang lebih 20 menit sampai di B29.
![]() |
Ojek dengan Motor Trail |
Perjalanan dengan ojek awalnya masih melewati jalan aspal kasar kemudian jalan bebatuan yang sedang dalam tahap di paving. Kelihatannya Pemda setempat ingin menjadikan B 29 sebagai salah satu ikon pariwisata Lumajang dengan membangun infrastruktur yang baik sehingga wisatawan dalam maupun luar negeri merasa nyaman.
![]() |
Jalan yang masih beraspal |
![]() |
Jalan tanah berdebu menuju B29 |
Setelah melewati jalan yang akan di paving selanjutnya melewati jalan tanah dengan debu atau abu vulkanik yang sangat halus warna bata keputih-putihan. Saya sarankan menggunakan masker pelindung karena saat beriringang atau berpapasan debunya akan berterbangan. Selain debu/abu jalannya juga banyak tikungan tanjam dan menanjak yang membutuhkan keahlian pengemudinya dan kendaraannyapun harus fit.
![]() |
Tikungan tajam dan jalan berdebu |
Di satu titik mungkin karena terlalu terjal motor yang saya tumpangi mati mesin sehingga harus dioper ke ojek yang lain. Perjalanan menuju B 29 akan melewati kebun sayur dari petani setempat seperti kubis, daun bawang dan kentang.
![]() |
Jalan menuju B 29 diantara kebun sayur |
![]() |
Sayuran tumbuh subur |
Setelah melewati medan yang berat dan berdebu akhirnya saya tiba ti titik B 29 dengan sedikit kecewa sang matahari sudah menampakkan diri.
![]() |
Saat matahari terbit |
Tetapi kekecewaan itu langsung terobati setelah melihat pemandangan yang sangat menakjubkan dari titik ini. Walaupun saya sudah beberapa kali melihat Bromo dari Pananjakan tetapi dari sisi ini memberikan sensasi yang berbeda.
![]() |
Bromo dari sisi B29 |
Jika melihat secara 360 derajat mulai dari utara bisa melihat Bromo dan lautan pasirnya termasuk bukit Teletabis dan Pasir Bersbisik. Sayangnya saat saya berada di B 29 kabut awan masih menutupi lautan pasir. Sukapura dan Ngadisari juga terlihat jelas dari sini.
![]() |
Ngadisari dari B29 |
Mengarah ke selatan akan terlihat Gunung Semeru yang saat pagi masih belum mengeluarkan asap vulkanik.
![]() |
Semeru dikejauhan dilihat dari B29 |
Terdapat beberapa warung yang menjual makanan dan minuman ringan jadi jangan takut kelaparan. Informasinya ada toilet tetapi saya tidak sempat untuk mencobanya (karena belum kebelet).
Jika ingin bermalam di B29 pun bisa dengan membawa tenda sendiri atau menyewanya di Argosari dengan biaya kurang lebih Rp180,000. Selain itu rumah penduduk juga menjadi alternatif untuk singgah atau beristirahat (karena waktu itu ada yang menawarkan).
Sinyal telepon (khususnya Telkomsel karena ada Mobile BTS) masih bisa tetapi kadang hilang tergantung berdirinya dimana (saya sarankan jangan berdiri di pinggir jurang....berbahaya!).
PUNDAK LEMBU
Di utara B29 ternyata ada bukit yang namanya Pundak Lembu (mungkin kalau dilihat dari kejauhan seperti pundak lembu). Pundak Lembu berjarak 1.3 km dari B29 yang dapat dijangkau dengan ojek atau berjalan kaki juga bisa.Yang membuat unik adalah B29 berada di Kabupaten Lumajang dan Pundak Lembu berada di Kabupaten Probolinggo (jadi lintas kabupaten ceritannya).
Di Pundak Lembu terdapat tempat sembahyang umat Hindu dan ada 2 warung yang menjual makanan dan minuman ringan.
![]() |
Tempat sembahyang di B29 |
![]() |
Daftar harga "Warong Spesial" Pundak Lembu |
Sebenarnya saya masih ingin menunggu awan yang menutupi lautan pasir menghilang sehingga bisa melihat pemandangan Bromo beserta lautan pasirnya tetapi karena lama dan biasanya siang baru bersih dari awan akhirnya saya memutuskan untuk turun kembali ke Argosari. Perjalanan kembali lebih ringan karena menurun walaupun begitu tetap hati-hati karena jika salah perhitungan kita bisa keterusan masuk jurang. Karena curamnya medan, sesekali saya dan tukang ojek harus mengatur duduknya (kasihan tukang ojeknya karena terdorong saya dari belakang sampai-sampai dia duduknya diatas tanki bensin). Saya sempat mampir di tempat sembahyangan umat Hindu dan persis disebelahnya ada Mobile BTS Telkomsel (nah disini sinyalnya kuat banget...garisnya full).
![]() |
Tempat sembahyang umat Hindu |
![]() |
B29 dan Pundak Lembu dikejauhan |
Dari kejauhan terlihat juga mesjid yang berada di lokasi tertinggi di wilayah Jawa Timur (ini informasi dari warga sekitar yang katanya mereka juga tahu dari berita.
![]() |
Mesjid di ketinggian dilihat dari kejauhan |
TIPS
Bagi yang berpetualang sendiri wajib bawa Tripod supaya bisa foto diri atau pake jurus "Tolong Dong Sis..." alias TongSis. Masker sebaiknya dipersiapkan untuk menghadapi debu atau abu yang sangat halus (itu baru terasa setelah tiba di Argosari rambut terasa tebal dan kaku, muka seperti pakai bedak super tebal).
Bagi pengendara motor agar isi tanki full karena susah dapat BBM diatas dan pastikan kondisi fit.
Bagi yang mengidap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia artinya ketakutan yang berlebihan jika berjauhan dari HPnya alias ga bisa lepas dari HP) maka Power Bank wajib dibawa walaupun sinyal kadang ada kadang hilang (kebanyakan hilangnya) tapi paling tidak bisa buat foto-foto.
Bawa kantong plastik untuk buang sampah, karena belum tersedia tempat sampah yang cukup, dengan demikian kita ikut menjaga kebersihan dan kelestarian B29.
Karena berada di dataran tinggi tentunya jaket dan perlengkapan penahan dingin lainnya wajib dibawa.
![]() |
Jalur dari Lumajang menuju B29 |
Mari jaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
SELAMAT BERWISATA!
Wonderful Indonesia
Untuk melihat foto tempat menarik lainnya silakan kunjungi:
www.panoramio.com/user/507171
-jmaluw-
Comments
Post a Comment